12 January 2011

Bila diri ini terasa sendirian…

Mungkin ini perasaan kita rasa bila banyak perkara dalam kehidupan kita tidak memihak kepada kita. Dan kadang kala terasa seperti kita dalam dunia kita sendiri. Ataupun kita dipulaukan secara senyap. Ataupun kadangkala terasa seperti orang berkata sesuatu dibelakang kita dan membuat keputusan tentang kita tanpa kita mengetahuinya. Terasa bodohkan. Bermain dengan perasaan sendiri. Mengharapkan ada seseorang yang dapat membaca perasaan dan isi hati kita. Untuk memperkatakan tentang sesuatu yang kita takpasti. Perasaan gusar, tak sedap hati, ’down’ bermain-main di minda.

Dari satu sudut kita rasa ia sesuatu yang positif kerana kita diberi ruang (”space”) untuk diri sendiri. Memuhasabah diri. Menentukan tindakan untuk diri. Tetapi disatu sudut lain membiarkan orang sekeliling kita bertanya-tanya tentang diri kita.

Biasanya tindakan kita mendiamkan diri. Menggunakan ruang kosong untuk muhasabah diri. Membetulkan perilaku, tindakan, sikap yang tidak kena atau tak betul.

Pucuk pangkalnya kita kembali pada Allah s.w.t. Mohonlah kepadaNya. Diberikan hidayah dan petunjuk dalam menentukan langkah dan tindakan seterusnya. Istighfar, selawat, zikir. Carilah ketenangan hati.

1. “Allohumma inni a’udzubika minal hammi wal huzni, wal ajzi, wal kasali, wal bukhli, wal jubni, wa dholaid daini, wa gholabatir rijali”.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka cita/kecemasan, dari rasa lemah dan kemalasan, dari kebakhilan dan sifat pengecut, dan beban hutang dan tekanan orang-orang (jahat)”.

2. “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dholimin”.

“Tidak ada ilah selain Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim”.

3. “Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alad dinika wa ‘ala tho’atika”.

“Wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu dan atas ketaatan kepada-Mu”.

4. Membaca surah Al-Insyiroh (Alam Nasyroh), (Q.S. 94 : 1-8).

“Alam nasyroh laka shodrok”,
“Wa wadho’na ‘anka wizrok”,
“Alladzi anqodlo dhohrok”,
“Wa rofa’na laka dzikrok”,
“Fainna ma’al ‘usri yusro”,
“Inna ma’al ‘usri yusro”,
“Faidza faroghta fanshob”,
“Wa ila robbika farghob”.


“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?”,
“dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu”,
“yang memberatkan punggungmu”,
“dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu”,
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”,
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”,
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”,
“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.



No comments:

Post a Comment